Mengenal Ilmu Penerjemahan

Halo teman-teman kembali lagi bersama saya disini, kali ini saya akan melanjutkan topik pembahasan yang telah saya janjikan pada artikel saya sebelumnya. Artikel kali ini merupakan bagian dari keseluruhan topik yang membahas mengenai ilmu penerjemahan, editing, dan penyuntingan naskah. Pada artikel singkat kali ini saya akan membahas mulai dari bagian paling awal yaitu ilmu penerjemahan. Artikel ini nantinya akan membahas mengenai definisi, teknik-teknik, dan keahlian yang dibtuhkan dalam ilmu penerjemahan. Saya sampaikan sekali lagi kepada para pembaca bahwasanya artikel kali ini merupakan bentuk pengulangan dan penyampaian kembali materi-materi yang telah saya dapatkan selama menempuh mata kuliah penerjemahan, dengan itu saya harap saya dapat mengingat kembali materi yang telah saya dapatkan dan membantu para pembaca untuk semakin memahami mengenai ilmu penerjemahan. Apabila nantinya ditemukan kesalahan dan kekurangan maka saya sampaikan mohon maaf yang sebesar-besarnya, tak berlama-lama mari kita masuk ke dalam topik pembahasan. 👌

Definisi Penerjemahan


Seperti yang telah saya sampaikan pada artikel sebelumnya, banyak ahli di bidang penerjemahan yang telah mendefinisakan makna dari penerjemahan itu sendiri, akan tetapi akan saya simpulkan kembali bahwasnya makna penerjemahan adalah "proses pengalihan suatu pesan dan atau ide dari bahasa sumber (BSu) ke dalam bahasa sasaran (BSa)". Proses penerjemahan atau "pengalihan ide" tersebut dapat terjadi pada bentuk tulisan apapun, mulai dari media massa, jurnal penelitian, hingga novel-novel terkenal. Melakukan proses penerjemahan tidak mudah, dan memerlukan keahlian khusus, menerjemahkan juga memiliki berbagai macam teknik yang dapat digunakan untuk membantu seorang penerjemah. Maka dari itu, untuk dapat memahami lebih lanjut mengenai ilmu penerjemahan maka ada baiknya kita untuk mengetahui teknik-teknik penerjemahan beserta ideologinya, yang mana akan membantu keahlian yang telah kita miliki.

Keahlian Penerjemahan

Sebelum memasuki pembahasan mengenai teknik dan ideologi penerjemahan kita harus mempunyai keahlian khusus, apa sih keahlian khusus yang dimiliki oleh seorang penerjemah? Jawabannya adalah pemahaman mendasar mengenai bahasa dan kebudayaan baik dari bahasa sumber (selanjutnya akan disebut BSu) maupun bahasa sasaran (selanjutnya akan disebut BSa). "Kok bisa? Bukannya melakukan penerjemahan ya tinggal nerjemahin aja?" Eitss, tidak semudah itu. Pemahaman mendasar mengenai budaya dan bahasa baik BSu maupun BSa akan menjadi poin penting dalam proses menerjemahkan. Jika seorang penerjemah memiliki keahlian tersebut maka nantinya terjemahan yang dihasilkan akan sangat bagus dan ide-ide yang disampaikan penulis dalam BSu akan tersampaikan dengan sempurna kedalam BSa sehingga pembaca BSa akan dapat memahaminya secara maksimal. Itulah mengapa seorang dosen atau guru bahasa akan mengetahui hasil tugas murid/mahasiswanya itu menggunakan aplikasi penerjemah seperti Google Translate atau tidak. Untuk memahaminya lebih lanjut mungkin kalian dapat melihat contoh berikut

a.
Saya pergi ke Jakarta = Ich gehe nach Jakarta (zum fuß)
Saya pergi ke Jakarta = Ich fahre nach Jakarta (mit dem Auto)

b.
Die vögel singen =  Burung-burung bernyanyi
                                Burung-burung berkicau

Lihatlah contoh (a) dan (b) diatas, pada contoh (a) kata "pergi" jika diterjemahkan kedalam bahasa Jerman dapat memiliki dua arti yang pertama adalah "gehen" dan yang kedua adalah "fahren", yang menjadi pembeda dari keduanya adalah alat untuk berpergian. Verba "gehen" digunakan untuk menjelaskan "pergi" dengan berjalan kaki, sedangkan "fahren" digunakan untuk menjelaskan "pergi" menggunakan moda transportasi darat. Jika seseorang tidak memahami BSu dan BSa dengan mendalam, kesalahan yang termasuk sepele tersebut sangat memungkinkan untuk terjadi, tidak mungkin kan jika rumah anda berada jauh dari Jakarta dan anda pergi dengan berjalan kaki? Siapa yang mau mencoba? Silahkan! 😁

Pada contoh (b) merupakan contoh ketika pembaca sekalian dapat memahami kebudayaan dari BSu dan BSa secara mendalam atau tidak. Verba "singen" secara harfiah dalam BSa memang berarti "bernyanyi" tapi ketika diterjemahkan secara harfiah dalam BSa sangatlah tidak cocok jika memasangkan verba "bernyanyi" dengan subjek burung. Dalam kasus ini budaya BSa membedakan antara "bernyanyi" dan "berkicau", dimana satu diperuntukkan bagi subjek manusia dan satunya lagi diperuntukkan bagi subjek berupa seekor burung.

Teknik-Teknik Penerjemahan

Dari kedua contoh diatas kita dapat memahami bahwasnya keahlian dari seorang penerjemah sangat diperlukan, keahlian tersebut nantinya akan memudahkan seorang penerjemah untuk memilah dan memilih teknik-teknik penerjemahan yang ia butuhkan. Mari kita memasuki pembahasan selanjutnya yaitu teknik-teknik dalam penerjemahan. Dalam salah satu artikel pada jurnal Meta berjudul "Translation Technique Revised: A Dynamic and Functional Approach", Albir dan Molina (2002) membagi teknik-teknik penerjemahan kedalam 18 teknik, yaitu:

  1. Adaptasi (Adaptation)
    • Adaptasi adalah teknik penerjemahan yang mengganti unsur budaya BSu ke dalam BSa yang disebabkan ketiadaan unsur budaya BSu dalam BSa. Contoh: 'as white as a snow' diterjemahkan menjadi "seputih kapas".
  2. Amplifikasi (Amplification)
    • Merupakan teknik penerjemahan yang mana menambahkan atau mengenalkan unsur-unsur berupa informasi mendetail yang tidak terdapat dalam BSu, bentuknya bisa berupa parafrasa. Contoh: '...and it was put into the Thames' menjadi "...dan telah dibenamkan kedalam sungai Thames".
  3. Peminjaman (Borrowing)
    • Teknik penerjemahan yang dilakukan dengan meminjam kata atau ungkapan dalam BSu. Peminjaman tersebut nantinya dapat terjadi dalam 2 bentuk yaitu peminjaman murni (pure borrowing) dan peminjaman yang sudah dinaturalisasi (naturalized borrowing) dimana nantinya akan ada penyesuaian dalam ejaan BSa. Contoh: 'hard disk' diterjemahkan menjadi "hard disk" (peminjaman murni) dan 'Computer' diterjemahkan menjadi "Komputer" (peminjaman yang sudah dinaturaisasi).
  4. Kalke (Calque)
    • Merupakan teknik penerjemahan yang menerjemahkan frasa atau kata dari BSu ke dalam BSa secara langsung (literal). Contoh: 'Prime Minister' diterjemahkan menjadi "Perdana Menteri".
  5. Kompensasi (Compensation)
    • Teknik yang mana dilakukan dengan menyampaikan pesan pada bagian lain dalam teks terjemahan, hal ini dilakukan karena adanya pengaruh stilistika pada BSu yang mana tidak dapat diterapkkan pada BSa. Contoh: 'you can make your imagination go wild' diterjemahkan menjadi "Anda dapat membiarkan imajinasi anda mengembara sejauh mungkin".
  6. Deskripsi (Description)
    • Merupakan teknik penerjemahan dimana frasa dalam BSu diterjemahkan kedalam BSa dengan cara menambahkan deskripsi mengenai fungsi atau bentuknya, hal tersebut biasanya dilakukan karena budaya dalam BSa tidak mengenal budaya dalam BSu. Contoh: 'Sommerkurs' diterjemahkan menjadi "kegiatan kamp belajar yang diadakan selama musim panas".
  7. Kreasi Diskursif (Discursive Creation)
    • Penerjemahan yang dilakukan dengan cara mencari kesepadanan kata dalam BSa yang keluar dari konteksnya, hal ini biasanya dilakukan untuk menarik minat para pembaca BSa. Contoh: 'Husband for A Year' diterjemahkan menjadi "Suami Sementara".
  8. Kesepadanan Lazim (Established Equivalent)
    • Penerjemahan yag dilakukan dengan menggunakan ungkapan yang lazim digunakan sehari-hari atau berdasarkan kamus BSa, teknik ini serupa dengan penerjemahan harfiah. Contoh: 'effective and efficient' diterjemahkan menjadi "efektif dan efisien".
  9. Generalisasi (Generalization)
    • Merupakan teknik penerjemahan dimana proses penerjemahan dilakukan dengan cara mencari padanan yang lebih umum dalam BSa, hal tersebut dilakukan karena ketiadaan padanan yang spesifik dalam BSa. Contoh: 'Road, Street, Boulevard, and Avenue' diterjemahkan menjadi "jalan"
  10. Amplifikasi Linguistik (Linguistic Amplification)
    • Teknik penerjemahan yang mana dilakukan penambahan unsur-unsur linguistik dalam BSa. Contoh: 'The David you are sculpting is you' diterjemahkan menjadi "Patung David yang anda pahat adalah diri anda sendiri".
  11. Kompresi Linguistik (Linguistic Compression)
    • Teknik penerjemahan yang merupakan kebalikan dari teknik amplifikasi linguistik, dimana teknik ini dilakukan dengan mensintesa usur-unsur linguistik dalam BSa. Contoh: 'The mind is actually shaping the very thing that is being perceived' diterjemahkan menjadi "Akal membentuk segala sesuatu yang ada".
  12. Penerjemahan Harfiah (Literal Translation)
    • Merupakan teknik penerjemahan yang dilakukan dengan cara menerjemahkan kata-perkata tanpa memandang konteks yang ada. Contoh: 'Killing two birds with one stone' diterjemahkan menjadi "Membunuh dua burung dengan satu batu".
  13. Modulasi (Modulation)
    • Merupakan teknik penerjemahan dimana dilakukan perubahan sudut pandang, kategori kognitif atau fokus dalam kaitannya dengan BSu, perubahan tersebut dapat bersifat struktural atau leksikal. Contoh: 'Nobody doesn't like it' diterjemahkan menjadi "Semua orang menyukainya".
  14. Reduksi (Reduction)
    • Teknik penerjemahan yang didalamnya dilakukan penghapusan secara parsial dengan syarat penghapusan tersebut tidak akan membuat distorsi makna. Contoh: 'Jokowi, the president of Indonesia, took a leave in order to campaign for his party' diterjemahkan menjadi "Jokowi mengambil cuti sementara agar dapat berkampanye untuk partainya".
  15. Subtitusi (Subtitution)
    • Teknik ini dilakukan dengan cara mengubah unsur-unsur linguistik atau paralinguistik (intonasi atau isyarat). Contoh: 'gestur mengangguk' diartikan sebagai "tanda setuju" atau 'gestur mengangkat bahu' diartikan sebagai "tanda tidak tahu".
  16. Partikularisasi (Particularization)
    • Merupakan teknik kebalikan dari teknik generalisasi, yang mana teknik ini dilakukan dengan menggunakan istilah yang lebih spesifik dan konkrit. Contoh: 'land transportation' diterjemahkan menjadi "mobil".
  17. Transposisi (Transposition)
    • Transposisi  merupakan  teknik penerjemahkan yang dilakukan dengan cara mengubah kategori gramatikal. Kata kerja dalam teks BSu, misal, diubah menjadi kata benda dalam teks BSa. Teknik ini diterapkan jika struktur BSu dan BSa berbeda satu sama lain. Oleh sebab itu, pergeseran struktur bersifat wajib. Sifat wajib dari pergeseran struktur tersebut berlaku pada penerjemahan dari bahasa Jerman ke dalam bahasa Indonesia untuk menghindari interferensi gramatikal yang dapat menimbulkan terjemahan tidak berterima dan sulit dipahami.
  18. Variasi (Variation)
    • Realisasi dari teknik ini adalah dengan mengubah unsur-unsur linguistik atau paralinguistik yang mempengaruhi variasi linguistik: perubahan tona tekstual, gaya bahasa, dialek sosial, dialek geografis.
Molina dan Albir (2002:209) juga menuturkan bahwasanya teknik-teknik terjemahan diatas digunakan untuk mencari dan menemukan solusi penerjemahan. Dari beberapa teknik terjemahan diatas dapat disimpulkan pula teknik penerjemahan memiliki beberapa karakteristik dasar yaitu: (1) berdampak pada hasil penerjemahan, (2) diklasifikasikan oleh perbandingan teks aslinya, (3) memiliki dampak pada unit mikro dari sebuah teks, (4) bersifat kontekstual dan diskursif, dan (5) bersifat fungsional.

Akhirnya kita telah sampai pada penghujung artikel, kita telah mempelajari definisi, keahlian, dan teknik-teknik dalam ilmu terjemahan, maka dari itu saya harap artikel ini dapat membantu saya maupun para pembaca sekalian untuk dapat lebih memahami ilmu penerjemahan. Selain itu, saya harap artikel ini dapat berguna bagi kita semua kedepannya dan apabila terdapat kesalahan maupun kekurangan saya mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Pada artikel selanjutnya kita akan membahas kembali membahas topik yang masih berkaitan dengan ilmu penerjemahan, yaitu editing dan penyuntingan nakah, yang mana akan menjadi topik pamungkas dalam kajian ilmu penerjemahan, editing, dan penyuntingan naskah. Sampai jumpa pada artikel selanjutnya, jangan lupa tetap patuhi protokol kesehatan selama masa PPKM ini dan stay health and safe! 👋👍👌


Best Regards,

NonBeliever


Sumber

Hurtado Albir, A. & Molina L. 2002. "Translation Technique Revised: A Dynamic and Functional Approach" dalam Meta, Vol. 47, 4. Spain: Universitas Autonoma Barcelona.

Komentar

Postingan Populer